Jalan-jalan tak lengkap rasanya jika tak membawa buah tangan. Di kota Majalengka, ada oleh-oleh cukup legendaris yang bisa dibawa ke kota asal, yaitu kecap.Ya, kecap asli Majalengka. Demikian orang menyebutnya.
Kecap di kota Majalengka cukup melegenda, karena usianya yang sudah puluhan tahun dan diproduksi secara tradisional. Selain itu, cita rasa kecap juga benar-benar khas.
Ada dua merek kecap yang sangat melegenda di Majalengka, yakni cap Maja Menjangan (MM) dan Segi Tiga. Keduanya buatan asli Majalengka, dan diproduksi secara rumahan.
Kecap cap Maja Menjangan (MM) merupakan kecap paling tua di Majalengka. Diproduksi pada 1940, oleh seseorang bernama H Saad Wangsadidjaja. Dari tangan H Saad itulah, kecap Maja Menjangan (MM) hingga kini masih terus bertahan dan disukai lidah masyarakat.
Sementara kecap cap Segi Tiga mulai diproduksi pada 1958. Ketika itu ada tiga orang pemerakarsa terciptanya kecap cap Segi Tiga. Mereka adalah H Lukman, Endek, dan Aman. Dari tiga orang itulah kemudian tercetus merek Segi Tiga.
Dua merek kecap tersebut menawarkan rasa yang sama. Ada kecap asin, manis sedang, dan kecap manis. Pada tiga rasa itu, cita,rasa kedelai hitamnya benar-benar terasa.
Selain rasa kedelai yang kental, dua merek kecap asli Majalengka itu juga tahan lama. Bahkan bisa bertahan sampai dua tahun. Padahal, dua merek kecap itu dibuat tanpa bahan pengawet.
Agar kecap bisa bertahan lama, sang produsen memiliki cara tradisional. Bukannya mencampurkan bahan pengawet kimia, namun mencampurkan garam dalam jumlah banyak pada olahan kecap saat proses fermentasi.
“Garam dalam jumlah banyak saat fermentasi mampu menjadi bahan pengawet agar kecap tak mudah basi. Itu cara yang kami lakukan secara tradisional,” ujar Pegawai di Bagian Pemasaran kecap cap Segi Tiga, Yana saat ditemui di pabriknya, Senin (14/2) siang.
Karena masih tradisional, proses pembuatan dua merek kecap asli Majalengka dilakukan secara manual. Tidak ada mesin yang membantu, hanya tangan para pegawai yang berperan.
Bahkan untuk api sekali pun masih menggunakan kayu bakar. Demikian dengan wadah tempat menyimpan kecap yang sudah jadi maupun saat penyaringan dan fermentasi, wadah terbuat dari kayu jati yang dibentuk menyerupai ember.
Sementara untuk mengeringkan kedelai, sinar matahari merupakan andalan. Tak heran, cuaca sangat menentukan produksi kecap di Majalengka. Sebab jika mendung atau hujan, penjemuran kedelai akan memakan waktu, yang pada akhirnya mengganggu produksi.
Dua merek kecap asli Majalengka bisa ditemui dengan mudah di sentra oleh-oleh atau pasar-pasar tradisional. Bahkan pemasarannya tidak hanya di Majalengka, beberapa kota di tanah air juga sudah terjamah.
Untuk kecap Maja Menjangan (MM) misalnya, bisa ditemui juga di Cirebon, Karawang, dan Kuningan. Sementara kecap Segi Tiga sudah menyebar hingga Subang, Bandung, dan Jakarta.
Dua merek kecap tersebut dikemas dalam botol bir dengan berbagai ukuran. Ada isi 140 mililiter (ml), 250 ml, 300 ml, 500 ml, dan 600 ml. Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai Rp 3.400 hingga Rp 11.000 per botol.
Bagikan Artikel
Post a Comment